Daftar Isi

Rabu, 20 Juli 2011

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)

A. ILUSTRASI
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari tiga kata, yaitu (1) Penelitian, (2) Tindakan, dan (3) Kelas. Dari arti kata-kata yang terangkai dalam kalimat tersebut sudah dapat diketahui bahwa pengertian yang tercakup di dalamnya adalah sebuah kegiatan berupa suatu tindakan yang terjadi di kelas. Pengertian ‘kelas’ dalam PTK bukanlah pengertian lama yang membatasi pada sebuah ruangan tempat peserta didik sedang belajar. Kelas dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang sedang mengikuti pengarahan dari pendidik untuk melakukan sesuatu. Jadi tindakan dimaksud adalah ‘ujud pengarahan’ yang diberikan oleh pelaku tindakan.
Dari pengalaman menilai KTI yang dibuat oleh guru, banyak yang keliru menafsirkan PTK. Di sampul depan ditulis PTK, tetapi di bagian dalam ternyata hanya menggambarkan proses pembelajaran biasa. Dalam penjelasannya memang guru sudah melakukan sesuatu, tetapi kenyataan yang ada, guru hanya melakukan pembelajaran seperti biasa saja, misalya guru memberikan lembar kerja kepada siswa, guru memberikan tugas untuk dilakukan di luar kelas, atau guru menyuruh siswa menghafalkan rumus untuk digunakan di kelas. Tindakan-tindakan yang diberikan seperti dilakukan guru kepada siswa tersebut bukan merupakan tindakan yang dikehendaki dalam penelitian tindakan kelas. Yang benar, seperti sudah disinggung dalam pengantar, dalam PTK ada tindakan yang diberikan oleh guru kepada siswa dengan maksud meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan kegiatan siswa.


Dengan demikian dalam PTK ada tiga unsur yang ada di dalamnya, yaitu (1) pemberi tindakan, antara lain guru, (2) subjek tindakan, pada umumnya siswa, dan (3) tindakan itu sendiri berupa sesuatu yang terjadi pengarahan dari pelaku tindakan kepada subjek tindakan. Untuk lebih jelasnya diberikan contoh berikut :
Contoh 1
a. Guru merasa kesal karena setiap hari banyak siswa yang datang terlambat. Kedatangan siswa yang terlambat seperti itu tentu saja mengganggu kelas yang sedang asyik mengikuti pelajaran. Guru memberi peringatan, bagi yang terlambat tidak boleh masuk kelas.
b. Seorang guru merasa tidak puas dengan perilaku siswanya karena ketika ulangan banyak yang mencontek. Guru memberi peraturan secara tertulis dibagikan kepada siswa agar sebelum mulai ulangan dibagikan dan guru mengawasi. Memang betul kini anak-anak tidak ada yang mencontek.
c. Beberapa siswa tiak mengerjakan PR sehingga ketika guru mengajak siswa untuk membahas hasil PR, beebrapa siswa tersebut tidak mengikuti secara aktif. Guru memberi surat kepada orang tua siswa tersebut agar mengingatkan anaknya.
Contoh 2
Seorang guru IPA di SMP mendapat kesan bahwa pada umumnya siswa senang ketika diminta melakukan praktikum di laboratorium. Begitu diberi tahu untuk praktikum dan guru memberi lembar petunjuk, mereka bergegas menuju lab langsung ke tempat alat untuk mengambilnya, mengambil bahan dan mulai praktikum. Guru tidak sempat menunggu secara utuh ketika siswa praktikum itu. Sesudah selesai, siswa menyusun laporan dan langsung menyerahkan kepada guru. Ketika guru membaca laporan, merasa kecewa karena pada umumnya laporannya kurang sistematis, isinya kurang benar dibandingkan dengan teori yang bagaimana sebaiknya paraktikum dilakukan. Guru tersebut berniat untuk membimbing agar siswa mampu melaksanakan praktikum dengan benar. Kalau hanya diberi tahu saja, dan dipesan agar waktu memasuki laboratorium harus hati-hati,mengambil alat dan bahan dengan cermat, tetapi mungkin anak hanya mau enaknya, pesan guru biasanya diabaikan.
Guru yang bijaksana tersebut mencoba menganalisis, mengenali apa saja kelemahan-kelamahan yang terjadi ketika siswa melakukan praktikum. Ada beberapa bagian dari seluruh kegiatan praktikum yang perlu dibenahi.
1. Ketika guru membagi lembar petunjuk, siswa yang menerima tidak diberi kesempatan untuk menelaah, menanyakan apa yang tidak jelas. Mungkin ada ketidakjelasan dalam petunjuk, siswa langsung mulai bekerja. Tentu saja pelaksanaan untuk bagian ketidakjelasan tersebut akan keliru atau tidak sepenuhnya benar. Bagian ini akan dicari perbaikannya.
2. Ketika siswa mengambil alat dan bahan, tidak diberi tahu secara rinci agar ada kehati-hatian, bagaimana giliran dan urutan dalam mengambil, baik alat yangdiperlukan maupun bahan paraktikum. Bagian ini juga akan dicari perbaikannya.
3. Ketika siswa melaksanakan praktikum, guru tidak selalu menunggu dan mengamti dengan sungguh-sungguh bagaimana siswa bekerja dari awal sampai akhir. Bagian ini jugamenjadi perhatian guru untuk diperbaiki.
4. Ketika siswa menyusun laporan, kebanyakan siswa dipercaya membuat laporan dan langsung menyerahkan ke guru. Apa yang menjadi hasil dari praktikum, tidak pasti dikuasai siswa karena tidak ada kesempatan untuk menelaah bersama. Bagian ini juga menjadi sasaran dari guru untuk dapat memperbaikinya.
Setelah guru merasa yakin akan strategi yang dilakukan, diputuskan oleh guru untuk mencoba strategi tersebut melalui sebuah kegiatan sistematis, yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Strategi dimaksud kemudian dirinci menjadi sebuah kerangka berpikir sebagai berikut :
1. Guru berpendapat ketika siswa diberi sebuah petunjuk kerja secara rinci untuk melakukanpraktikum, mulai bagaimana mengambil alat dan bahan, melakukan praktikum, menyusun laporan, sampai membahas bersama laporan yang sudah dihasilkan, harus betul-betul memahami apa yang harus dilakukan. Strateginya adalah, setelah petunjuk diperbanyak, dibagikan kepada siswa, siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang kiranya belum dipahami. Setelah guru yakin bahwa tidak ada keraguan pada diri siswa lagi, siswa diberi aba-aba untuk memulai praktikum.
2. Guru yakin bahwa jika siswa diberi panduan untuk mengambil alat-alat praktikum secara bergilir dan dengan urutan yang benar, siswa akan tertib dalam arti tikda berebut dan akan melakukannya secara hati-hati.
3. Selain membuat petunjuk praktikum, guru ini juga membuat lembar pengamatan, digunakan untuk mengamati kegiatan siswa ketika sedang melakukan praktikum. Kini siswa melakukan praktikum dengan lancer, tidak tersendat-sendat oleh kebingungan, dan selain itu siswa tidak akan bekerja santai dan seenaknya karena selama melakukan praktikum selalu diamati oleh guru.
4. Untuk menjaga agar laporan praktikum yang dihasilkan siswa memenuhi persyaratan sebuah laporan yang sistematika dan isinya benar, guru perlu memberi pedoman penyusunan laporan. Agar setiap siswa memahami apa isi hasil praktikum yang dituliskan dalam laporan, guru mengajak siswa untuk membahas secara keseluruhan.
Marilah kita kembali membaca kejadian-kejadian yang ada di contoh 1 dan 2 dan perhatikanlah apa perbedaannya. Dalam contoh 1, baik a, b, dan c guru tidak memberikan kegiatan kepada siswa sehingga mereka harus melakukan sesuatu. Untuk contoh 1a, guru hanya memberi peringatan seperti biasanya. Peringatan seperti itu sudah berulang-ulang diberikan tetapi kejadian yang muncul tetap sama saja. Contoh 1b, guru menyuruh siswa menumpuk catatan di depan kelas. Jelas dengan cara seperti itu siswa tidak dapat mencontek karena yang dicontek memang tidak ada. Contoh 1c merupakan contoh yang tidak baik. Dalam hal ini guru tida mengatasi sendiri masalah siswa tetapi minta bantuan oaring tua. Permasalahan seperti tiga contoh tersebut tidak dapat diajukan dalam sebuah KTI, karena tidak ada upaya riil dari guru untuk mengatasi masalah.

B. ALUR PENALARAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Dari ketiga peristiwa dalam contoh 2, sangat jelas apa yang dilakukan oleh guru, dan apa yang harus dilakukan oleh siswa. Kegiatan seperti itulah yang tepat dijadikan pembicaraan untuk PTK, dan sekaligus dapat dipandang sebagai contoh alur PTK yang benar. Guru sebagai pelaku tindakan merasakan adanya masalah, kemudian merasakan perlunya untuk mengatasi masalah tersebut. Dilandasi oleh keyakinannya bahwa ada langkah-langkah yang perlu diperbaiki, dia berpikir bagaimana cara mengatasi sesuai dengan objek dalam langkah tersebut. Mengapa dia dapat menentukan langkah-langkah itu yang diambil?














C. PETUNJUK OBJEK TINDAKAN
Untuk mudahnya penalaran, kita analogikan pemilihan alternative dalam PTK dengan apa yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sekarang ini di pasaran banyak beredar sepeda motor model baru. Terlebih dulu kita mencoba motor kepunyaan teman-teman bagaimana enaknya jika dinaiki. Dari keadaan fisik masing-masing mempunyai kelebihan, tetapi ada yang sama, yaitu otomatis. Mio kalau dinaiki lincah, Vario ada mesin pendingin, dan Spin mempunyai kelebihan dalam cc, yaitu 125 cc. Setelah mencoba-coba dan berpikir kelebihannya, kita memilih Vario. Oleh karena kita yakin bahwa Vario lebih baik, selain ada mesin pendingin juga dinaikinya lebih enak. Didasari oleh keyakinan yang tinggi, kita beli Variolalu kita reijin beberapa hari. Ketika ada rasa sedikit tidak enak, mungkin larinya kurang cepat, atau klaksonnya kurang ringan ditekannya, kita bawa Vario itu ke bengkel, kita tanyakan teknisi yang ada di bengkel tersebut mengapa demikian dan bagaimana cara mengatasi masalahnya. Setelah reijen selesai, kita sudah mantap dengan pilihan kita, dan menggunakan Vario dengan tenang.






Perumpamaan dengan cerita sepeda motor tersebut dapat kita terapkan ketika kita memilih alternative metode atau cara untuk dilaksanakan dalam pembelajaran melalui PTK. Bukan rahasia lagi saat ini masih banyak diantara guru di Indonesia yang mengandalkan metode ceramah dalam mengajar. Pada umumnya siswa tidak aktif sehingga mengantuk. Tentu saja tingkat penguasaan siswa terhadap ,materi yang kita ajarkan menjadi kurang memuaskan.
Mungkin kita merupakan salah satu diantara guru-guru tersebut yang ingin meningkatkan mutu pembelajaran kita dengan mengutamakan aktivitas siswa. Kita mulai mencoba memenuhi niat kita tersebut dengan membaca buku-buku teori tentang metode mengajar. Setelah mempelajari beberapa metode yang berorientasi pad akeaktifan siswa, kita tertarik pada tiga metode yang kebetulan pernah kita coba. Dengan membac ateori-teori lagi itu pemahaman kita menjadi semakin mantap. Misalnya yang menarik tadi adalah metode Diskusi, Jigsaw, dan Penugasan.
Dari pengalaman membandingkan penggunaan metode Diskusi dan Jigsaw melalui penelitian eksperimen, ternyata metode Jigsaw (b) lebih unggul karena :
a) Siswa diskusi dengan lebih aktif karena bertanggung jawab tentang materi yang dibebankan kepadanya.
b) Harus betul-betul menguasai hasil diskusi karena akan bertemu dengan kelompok ahli untuk menyajikan hasil diskusi dari kelompok asal.
Keunggulan yang lain yaitu :
c) Siswa mendapat pengalaman berdiskusi di dua tempat, yaitu di kelompok asal dan di kelompok ahli.
Keungulan yang paling tinggi dari pelaksanaan metode Jigsaw adalah :
d) Semua siswa terpaksa aktif karena mempunyai peranan aktif, baik di kelompok asal maupun dikelompok ahli.
Dalam pelaksanaan metode Diskusi (A) meskipun guru mengarahkan agar semua siswa ikut berpartisipasi dalam diskusi, tetapi peluang untuk melakukan arahan guru tetap sangat besar. Mungkin guru menunjukkan keaktifan ketika guru melewati kelompoknya, tetapi sesudah itu siswa tidak aktif lagi. Biasanya yang aktif hanya ketua kelompok diskusi saja, dan yang melaporkan hasilnya juga ketua kelompok.
Untuk memudahkan pemilihan secara tepat, marilah kita bandingkan dahulu deskripsi ketika metoda yang kita bicarakan, dapat kita lihat dalam bagan berikut ini.









Dalam pelaksanaan metode penuugasan (C), guru dapat minta kepada setiap siswa untuk aktif mengerjakan tugasnya secara indifidual, kemudian harus kerja kelompok, tetapi dapat juga penegasannya hanya bersifat pada mandiri. Dengan metode penegasan seperti itu aktifitas siswa tidak terarah pada pengelompokan yang efektif, siswa tidak harus bekerja sama, apalgi kalau tidak ada pengarahan yang menarik dari guru. Hal ini di ketahui oleh guru ketika membandingkan metode A dengan metode B, lalu membandingkan A dengan C. dari penelitian eksperimen yang sudah beberapakali tersebut guru mengetahui dan meyakini bahwa jigsaw adalah metode yang cukup ampuh, yang unggul di antara ketiga metode tersebut. Oleh karna itu kita ingin memantapkan melalui PTK. Setelah kita meyakini dahwa sesuatu metode itu memiliki ke unggulan yang akan menghasilkan prestasi siswa dan proses pembelajaran yang juga memuaskan, kita pilih metode tersebut lalu kita reijen melalui percobaan beberapa kali puas, melalui PTK. Dari uraian panjang lebar tersebut dapat kita sinpulkan bahwa :



Peristiwa pembandingan dua-dua metode dengan eksperimen tersebut bagi guru merupakan langkah awal dari PTK. Dengan kata lain, pelaksanaan.
PTK adalah kelanjutan dari penelitian eksperimen, dan karena metode jigsaw metode yang lain, penelitian alternatif metode di lakukan dengan terlebih dahulu mencoba metode-metode lain.
D. MODEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Bertitiktolak pada pengetian bahwa PTK adalah reijen model, cara, atau, metode yang kita gunakan daloam pembelajaran, maka ada beberapa prinsip yang perlu kita terapkan :
1. Model, cara, atau metode tersebut harus kita coba berkali-kali, agar kita mengetahui dengan mentap apa yang terjadi dalam proses pembelajaran. Secara ideal, proses pengulangan tersebut di lakukan sampai peneliti puas dengan gambaran tentang keterlaksanaak model, cara, atau metoode yang dipilih, tetapi dalam persyaratan PTK, kita boleh mencoba PTK ini hanya dengan dua kali pengulngan saja.
2. Ketika proses pembelajaranh terjadi, kita sebagai pelaku PTK harus secara cermat mengamati setiap aspek pembelajaran, antara lain hal-hal yang manyangkut situasi atau iklim belajar, kreatifitas siswa ketika melakukan tindakan, da kelancaran proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan PTK, yang di utamakan memang situasi yang menyenangkan bagi siswa yang sedang belajar.
3. Dengan adanya proses yang lancar, situasi yang menyenangkan bagi siswa dan keaktifan siswa yang tinggi, kita ber harap bahwa hasil belajar nya juga dapat mencapai Optimal. Oleh karna itu meskipun bukan yang utama, tetapi8 belajar siswa juga di cermati, sebaiknya hasil belajar yang lebih besar di akhiri proses pembelajaran. Dari uraian singkat ini dapat di simpulkan bahwa hal yang terutama di amati bukan hasil tetapi proses pelalsanaan pembelajaran. Hasil yang baik merupakan konsekuensi logis dari proses pembelajaran yang baik.
4. Ketika kita sedang melaksanakan PTK, diharapkan dapat mengadakan pengmatan terhadap hii kita sendiri, apa yang kita lakukan, bagai mana kita melakukan. Dengan alasan bahwa pengamatan terhadap diri sendiri itu sulit, maka sebaiknya atau disarankan, PTK dilaksanakan dengan teman lain, dalam bentuk kolaborasi. Penelitian kolaborasi ini menguntungkan bagi peneliti pemula atau guru yang belum banyak pengalaman meneliti, karena masing-msing guru nilainya sama, yaitu 4,0
5. Setelah tindakan dilakukan oleh siswa, dan kita berpendapat bahwa pelaksanaan tindakan tersebut sudah dapat di katakan ’ mantap ‘ – biasanya 3 atau 4 kali pertemuan sesuai dengan faktor-faktor yang mendukung - , kita meluangkan waktu untuk berdiskisi dengan semua siswa dan teman pengamat mengenai hal-hal yang perlu di perhatikan ketika pembelajaran dengan tindakan berlangsung. Diskusi semacam ini dalam PTK dikenal dengan istilah ‘refleksi’, yaitu mengenang masa lampau’. Dalam refleksi ini yang paling banyak di dengar pendaatnya adalah siswa yang di beri tindakan oleh guru. Sebagai topik diskusi antara lain bagai mana tanggapan siswa terhadap model, cara, atau metode yang kita cobakan.
Secara diagramis, model PTK yang banyak di kemukakan oleh para ahli dapat di sarikan seperti berikut.




















Ada empat tahap yang harus di lalui dalam PTK, yang penjelasan nya adalah sebagai berikut.
Tahap 1: Perencnaan
Kesalahan yang banyak dilakukan oleh guru-guru yang mengajukan KTI berupa laporan PTK adalah bahwa dalam tahap I, yaitu perencanaan ini yang dilaporkan adalah perencanaan mengajar biasa, biasanya yng disebutkan adalah (a) mempelajari kurikuum (b) analisis materi, mentukan KD yang akan diajarkan, (c) membuat rencana pembelajaran RP, (d) menyiapkan sumber bahan, (e) menyiapkan peralatan yang di prlukan. Ha-hal seperti ini tidk perlu di sebutkan karna sudah rutin.
Yang perlu dilaporkan dalam tahap perencanaan adalah semua hal yang terkait dengan pelaksnaan tindakan agar nantinya tindakan di maksud dapat terlaksana dengan lancar, tidak tersendat-sendat oleh siswa, oleh pengaturan ruangan, oleh penyediaan sumber bahan, dan sebagainya. Jika mengambil contoh tindakan akan kita reijen yaitu metode penugasan dan disksi. Rumusan untuk judul PTK tersebut adalah, ”penerapan metode penugasan untuk disksi”, maka perlu ada penjelasan lengkap adanya jalannya pembelajaransecara lengkap, misalnya sebagai berikut.penjelasan ini disajikan di bab III.
Metode penugasan kepada siswa ini dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa membaca buku paket secara individual dan mencari pengayaan secara kelompok. Misalnya pengelompokan dilakukan untuk 5 orang dalam satu kelompok sehingga satu kelas yang terdiri dari 40 orangakan terbentuk 8 kelolpok,A,B,C,D,E,F,G,H. setelah masing-masing siswa membaca satu bab, berkumpul dalam kelompok dan besepakan mencari materi pengayaan. Langkah berikutnya, masih di luar jam pelajaran,dua kelompok merupakan pasangan, berdiskusi saling menukar pengayaan yang di peroleh. Dengan demikian setelah selesai siskusi kelompok pasangan sudah memiliki informasi yang sama. Dalam pertemuan ini di kelas berikutnya, diadakan diskusi kelas, siswa akan menguasai materi bab yang di bahas di tambah dengan materi pengayaannya. Demikian lah untuk bab dimi bab dilakukan dengan cara yang sama.
Agar proses pembelajaran dapat lancar, tidak tersendat-sendat oleh gangguan yang dapat menghambat lajunya proses misalnya pertanyaan dari siswa karna kurang jelas, sebaiknya guru membuat pedoman untuk siswa, berisi lembar petunjuk siswa yang diberikan kepada siswa mengenai tindakan yang akan dilekukan. Penjelasan tersebut dibagikan kepada siswa sebelum pelaksanaan tindakan, mungkin seminggu sebelumnya. Jika ada waktu, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk membicarakan bersama lembar petunjuk siswa tersebut, atau guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan apabila belum jelas.
Sebaiknya lembar petunjuk siswa untuk PTK ini dibuat sedemikian jelas sehingga masing-masing siswa dapat mengikuti dengan mudah. Barangkali kalau dibuat dalam bentuk kalimat-kalimat instruksi, siswa akan menerima dan melakukan dengan mudah. Sebagai misal adalah seperti berikut.
Lembar Petunjuk Siswa
Bacalah dengan seksama, dan lakukan dengan sungguh-sungguh
1. pelajarilah bab…buku paket……seperti yang ditunjuk oleh guru. Buatlah ringkasan secukupnya
2. berkumpullah dalam kelompok yang ditemukan oleh guru, dan ikuti perintah ketua kelompok yang telah ditunjuk.
3. masing-masing kelompok mencari materi pengayaan sesuai dengan topik dari bab yang telah anda baca.
4. buatlah kesepakatan dengan kelompok pasangan, kapan akan berdiskusi menukarkan informasi pengayaan yang sudah diporoleh masing-masing kelompok. Pada akhir diskusi, buatlah kesimpulan untuk dilaporkan pada diskusi kelas pada pertemuan kelas.
5. ikuti diskusi kelas dengan serius. Tentukan siapa di antara kelompok pasangan yang akan melaporkan hasil diskusi kelompok pasangan. Ikuti pengambilan kesimpulan dari diskusi kelas.
Lembar petunjuk siswa ini hanya merupakan contoh saja. Untuk lebih tepatnya guru sendiri dapat membuat sesuai dengan tindakan yang diberikan kepada siswa.
Oleh karena dalam proses pembelajaran tersebut yang terjadi bukan hanya kegiatan siswa tetapi juga kegiatan guru, maka dalam tehap perencanaan ini kita juga harus membuat lembar pengamatan siswa dan lembar pengamatan untuk kegiatan guru. Jika kita tidak menggunakan guru pengamat, maka kita membuat lembar evaluasi dari guru, meliputi penyorotan terhadap langkah-langkah kegiatan yang kita lakukan selama proses pembelajaran berlangsung sudah di sebut bahwa yang penting diketahui dalam PTK bukan hanya hasil akhir, tetapi justru proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Untuk singkatnya, hal-hal yang perlu diamati dengan lembaran pengamatan ini antara lain : (1) situasi yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung, (2) semangat, minat dan keseriusan siswa ketika sedang melaksanakan tindakan, (3) kelancaran proses pembelajaran yang terjadi, maksudnya tidal terjadi ada hambatan, misalnya adanyha pertanyaan siswa, terhambatnya sarana yang tidak siap pakai, kurangnya sumber belajar yang diacuh oleh siswa sehingga guru terpaksa memancing partisipasi aktif dari siswa tetapi mereka kurang responsif, dan sebagainya.

Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan
Sama halnya dengan kesalahan guru ketika melaporkan tahap perencanaan, dalam tahap pelaksanaan tindakan ini kesalahan guru hanya melaporkan proses pembelajaran biasa. Tindakan yang diberiakan oleh guru hanya berupa siswa yang sibuk mengerjakan tugas yang di tulis dalam LKS. Yang betul adalah bahwa dalam tahap pelaksanaan tindakan ini guru melaporkan apayang terjadi pada siswa ketika sedang belajar menggunakan tindakan yang diberikan oleh guru. Hal-hal yang dilaporkan tehadap pelaksanaan ini disesuaikan dengan apa yang sudah di sebut dalam tahap perencanaan, karena memang harus dilihat seberapa jauh kesulitan antara apa yang sudah direncanakan dapat terlaksana dalam tahap pelaksanaan.
Tahap 3: Pengamatan proses Tindakan
Sebetulnya tahap 2 dan tahap 3 ini terjadi dalam satu waktu saja, sehingga laporan yang ada di tahap pelaksanaan harus singkron dengan yang ada di tahap perencanaan.
Tahap 4: refleksi
Tahap refleksi di lakukan oleh guru gendiri, guru yang mengamati kalau ada, dan semua yang mengikuti tindakan, refleksi dapat di akukan dikelas biasa, atau ditempat lain yang memberikan suasana santai.
Meskipun PTK ini merupakan penelitian yang sifatnya kualitatif karena menelusuri peristiwa secara rinci dan efektif, tetapi juga tidak salah apabila kita menggunakan angket, kita dapat menggali informasi pendapat siswa secara serentak dan hasilnya libih bnyak. Jika kita memang ingin menggali data dengan angket, sebaiknya di bagikan kepada semua siswa terlebih dahulu sehingga kita masih mempunyai waktu untuk membaca jabatan siswa, sehingga ketika refleksi dilakukan, kita dapat menggali dan menanyakan kepada siswa memberikan jabatan angket seperti itu.
Kegiatan refleksi ini penting di laporkan, yaitu mengenai apa yang dibahas dalam refleksi, sispa saja yang dilibatkan dalam refleksi, bagai mana proses kegiatan refleksi, dan apa saja usul yang disampaikan oleh peserta refleksi terutama saran dari siswa. Dalam laporan PTK yang diajukan oleh guru untuk kenaikan pengkat/jabatan, hasil refeksi harus di tulis sacara rinci, dan bagai mana hasil tersebut dimanfaatkan atau di tindaklanjuti dalam bentuk perbaikan atau penyempurnaan ini harus di tulis dalam tahap perencanaan siklus II.
E. PENELITIAN KOLABORASI
Dalam bagian terdahulu sudah disinggung sedikit tentang penelitian kolaborasi. Penelitian kolaborasi adalah penelitian yang dilakukan daam brntuk PTK yang dilakukan oleh dua orang pelaku tindakan. Oleh karena PTK adalah reijen model, cara, atau metode, maka pasangan kolaboratornya tidak harus guru yang sama matapelajarannya. Langkah-langkah dalam PTK kolaborasi adalah sebagai berikut.
1. Guru pasangan (misalnya guru A dan B) membicarakan tindakan yang akan dilakukan, kapan akan dilaksanakan, di kelas berapa dan kapan, termasuk kapan dan bagaimana refleksi akan dilakukan.
2. Guru pasangan akan menyusun perencanaan sebagai mana sudah di jelaskan di bagian lain. Penyusun rencana ini harus sudah meliputi pembuatan lembar bagian siswa, lembar pengamatan untuk siswa dan guru, dan tes akhir, atau kuis untuk mengetahui hasil belajar selama p-roses PTK masih berlangsung.
3. Ketika guru A melaksanakan mengajar belajar guru B mengamati, dan sebaliknya betka guru B mengajar guru A mengamati.
4. Jika tahapan dalam siklus di rasakan sudeah mencukupi, maka diadakan refleksi. Ketika dilaksanakan dengan siswa kelas Guru A, guru B hadir, dan ketika refleksi kedua guru membicarakan hasil refleksi yang dapat atau perlu di ambil untk memperbaiki perencanaan siklus II dan tentu saja bagai mana cara mengubah strategi tindakan.
5. Jika siklus tindakan sudah di laksanakan minimum dua kali, kedua guru membicarakan kesimpulan tindakan. Sesudah itu masing-masing guru menuliskan laporan hasil tindakan di kelasnya sendiri. Jika laporan PTK ini di ajukan ke tim penilai, masing-masing guru mandapatkan nilai 4,0.







PENILAIAN LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENGANTAR
Jika kita mendengar istilah “penilaian” biasanya ada anggapan bahwa yang dilakukan dalam kegiatan tersebut bersifat menentukan ‘nasib’ jadi mengandung rasa “menceka”. Bukan hal yang istimewa jika untuk menghadapi peristiwa itu lalu timbul rasa was-was, takut kalau akan mendapat predikat kurang atau tidak memuaskan, karena apa yang dinilai tentang dirinya mendapat nilai rendah. Tidak demikian sebetulnya untuk laporan PTK, karena yang diajukan untuk dinilai adalah laporan dari apa yang senyatanya dilakukan di dalam kelas, sebagai hal biasa dari kegiatan sehari-hari. Situasi seperti inilah yang sangat diharapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional terhadap laporan PTK yang dibuat oleh guru dan diajukan untuk dinilai.
PTK yang baik adalah apabila dimulai dari penelitian lain untuk menjajaki keadaan yang ada. Penelitian-penelitian yang mendahului dapat dilakukan dengan jenis penelitian berikut.
1. Penelitian Deskriptif
Yang dilakukan sekilas akan dapat memberikan gambaran tentang keadaan sesuatu. Jika dari penelitian deskriptif diketahui ada kelemahan pelaksanaan proses belajar siswa, misalnya siswa banyak membuat kesalahn menghitung disebabkan karena tidak cermat, maka guru mempunyai idea tau gagasan tentang bagaimana melatih kecermatan. Ide atau gagasan tersebut dilaksanakan dengan PTK.
2. Penelitian Eksperimen
Dapat memberikan gambaran tentang hasil eksperimen yang menunjukkan model atau metode mana yang terbukti lebih baik. Hipotesis dari adanya perbedaan antara metode A dengan metode , apabila hasilnya jelas terbukti signifikan bahwa B lebih baik, maka idea tau gagasan tersebut dicoba dilaksanakan dalam bentuk PTK.
Dengan demikian dapat diketahui oleh penilai apa alasan peneliti melaksanakan PTK yang hasilnya dilaporkan. Penjelasan ini dituliskan dalam latar belakang maslaah, sehingga penilai memahami betul apa tujuan PTK yang dilakukan, yaitu untuk mencermati pelaksanaan ide atau gagasan guru yang ingin mendapatkan hasil yang lebih baik dari kinerjanya. Kegiatan ini dilandasi adanya ketidakpuasan guru dari kegiatan rutin yang telah dilakukan. Dengan kesadaran yang penuh dan kehendak untuk memperoleh hasil yang lebih baik, oleh guru dipikirkan masak-masak bagaimana cara yang lebih baik dan tepat agar prestasi belajar siswa dapat meningkat. Upaya tersebut diwujudkan dalam bentuk PTK. Jadi laporan PTK bukanlah sesuatu yang istimewa dan dibuat-buat, apalagi dibuatkan oleh orang lain, tetapi merupakan sekecar cerita tertulis tentang apa yang telah dilakukan. Laporannya tidka harus mengikuti EYD secara cermat, tetapi penalarannya benar.

Bukan rahasia lagi, bahwa sampai saat ini sangat banyak KTI yang diajukan guru berbentuk PTK, tetapi bukan tulisan sendiri. KTI dimaksud mungkin berupa skripsi atau tesis orang lain atau tulisan sendiriyang diubah sedemikian rupa sehingga seolah-olah tulisan asli. Tim penilai sangat menghargai karya tulis guru sendiri, meskipun mungkin tampilan atau bahasanya tidak begitu bagus. Sesuai pepatah “sepandai-pandai tupai melompat akhirnya akan gagal juga”. Demikianlah yang diajukan oleh guru tetapi dibuatkan oleh orang lain. Istilah populer yang muncul dikalangan penilai adalah bahwa KTI tersebut dibuatkan oleh “tukang jahit”. Bagaimanapun pandainya menyembunyikan kepalsuan, berkat pengalaman bertahun-tahun akhirnya tim penilai dapat mengetahui juga manakah tulisan asli guru dan mana yang dibuatkan orang lain. Mengajukan tulisan untuk dinilaikan, bukanlah tujuan pokok pengembangan profesi. Yang penting adalah bahwa guru harus membuat karya yang merupakan bukti bahwa mereka memang telah melakukan suatu pengembangan profesi.
Memang merupakan suatu kewajaran apa yang dipikirkan oleh guru yang membuat laporan tidak sama dengan yang dipikirkan oleh penilai. Bagaimanapun rinci dan cermat ketika guru membuat laporan, tetapi tidak jarang terjadi, pencermatan yang dilakukan oleh tim penilai masih juga menemukan kekurangan. Tulisan ini dibuat dengan maksud untuk menjembatani dua pemikiran yang ada dalam diri guru penyusun laporan dengan pemikiran tim penilai. Dalam tulisan ini disampaiakn hal-hal yang dikehendaki oleh tim penilai, mengacu pada persyaratan objektif bagaimana PTK harus dilakukan. Jika laporan penelitian yang disusun sudah mengikuti alur penilaian ini, Insya Allah dapat diterima dan mendaatkan nilai sesuai ketentuan.
PENILAIAN HALAMAN-HALAMAN AWAL
Yang dimaksud dengan halaman-halaman awal adalah bagian dari laporan PTK sebelum sampai pada inti laporan. Ada beberapa halaman yang harus ada pada halaman-halaman awal, yang selengkapnya adalah :
1) Halaman judul
2) Halaman pengesahan
3) Kata pengantar
4) Daftar isi, yang dapat dilengkapi dengan daftar tabel
5) Abstrak
Halaman pengesahan dipisahkan, atau dapat juga disatukan dengan kata pengantar. Namun akan lebih baik apabila dipisahkan, sehingga lebih jelas.
1. HALAMAN JUDUL
Banyak diantara KTI yang diusulkan diberi judul Laporan PTK, tetapi setelah ditelaah bagian isi, judul tersebut tidak tepat. Untukmenuliskan judul dengan tepat, penulis perlu memahami betul apa yang sudah selesai dilakukan. Memang tidak dibisa dipungkiri bahwa ada orang-orang tertentu yang baru dapat menentukan judul setelah tulisannya selesai. Langkah seperti ini terbalik, tetapi masih juga dibenarkan, asal terdapat sinkronisasi antar semua bagian.

Dari judul saja penilai belum dapat menentukan dapat tidaknya laporan tersebut dapat mendapatkan nilai atau tidak. Tidak sedikit KTI yang diberi judul “Laporan PTK”, tetapi sebenarnya hanya laporan pembelajaran biasa. Meski selintas dapat diketahui karena menyebutkan judul pokok bahasan,tetapi tidak dapat langsung diketahui tepat tidaknya dilaksanakan untuk PTK. Persyaratan penting dari PTK adalah apabila dilaksanakan dalam siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari sekurang kurangnya tiga pertemuan.
Judul PTK hendaknya jelas, memuat :
a) Jenis tindakan dalam bentuk kegiatan dalam pembelajaran
b) Mata pelajaran
c) Kelompok siswa sebagai subjek yang dikenai tindakan dengan lokasi sekolahnya
d) Waktu pelaksanaan, bisa semester atau setahun
Hal yang banyak dituliskan oleh penulis tetapi sebetulnya kurang tepat alaah adanya maksud yang terlontar, mungkin sengaja mungkin tidak bahwa tulisan tersebut diajukan untuk kenaikan jabatan dari IV/a ke IV/b . kata-kata seperti itu kurang tepat. KTI yang diajukan bukan semata-mata untuk kenaikan jabatan/pangkat, tetapi sebagai bukti bahwa guru telah melakukan kegiatan pengembangan profesi, yang dibuktikan dengan selesainya melakukan PTK. Jadi istilah yang tepat alaah “diajukan sebagai bukti telah melakukan kegiatan pengembangan profesi”.
2. HALAMAN PENGESAHAN
Dalam halaman pengesahan diharapkan ada setelah halaman judul, untuk segera meyakinkan bahwa KTI tersebut sah, tulis sendiri oleh guru, yang diketahui oleh kepala sekolah, dan sudah disajikan kepada umum, artinya dapat dibaca secara bebas di perpustakaan. Dengan demikian yang tertera dalam halaman pengesahan adalah :
a) Nama penulis
b) Nama kepala sekolah dengan cap sekolahnya
c) Keterangan dari petugas perpustakaan
Bagi kepala sekolah, nama penulis dan kepala sekolah artinya sama.
3. KATA PENGANTAR
Kata pengantar yang ditulis oleh penulis, memuat penjelasan tentang perihal yang disajikan dalam laporan, mungkin sedikit penjelasan kalau ada hal-hal yang perlu ditonjolkan. Meskipun maksud penulis mengajukan KTI tersebut adalah untuk memperoleh nilai, tetapi sebaiknya maksud tersebut tidak perlu ditonjolkan. Jika ketika penulis melakukan penelitian dibantu oleh seorang dosen atau orang yang lebih senior, dalam kata pengantar perlu disebutkan nama pembimbing dan disertai ucapan terima kasih. Akan sangat bagus apabila guru juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada kepala sekolah yang telah memberikan kesaksian dan pengesahan terhadap hasil karnyanya. Pernah terjadi hal yang lucu dan berlebihan, penulis KTI adalah kepala sekolah, tetapi juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada dirinya sendiri.
4. DAFTAR ISI
Bagi tim penilai, daftar isi laporan merupakan ‘jendela’ untuk memasuki inti laporan. Dari daftar isi inilah dapat diketahui apakah sosok laporannya lengkap atau tidak. Urutan daftar isi yang betul adalah :
a) Halaman judul
b) Halaman pengesahan
c) Kata pengantar
d) Daftar isi, kalau ada daftar tabel
e) Abstrak penelitian
Bagian-bagain tersebut tanpa diberi nomer, dan nomer halaman dituliskan di bawah dengan urutan angka Romawi kecil. Pemberian nomer halaman dimulai dari bab I, Pendahuluan. Setiap judul bab selalu ditulis dengan huruf besar semua. Di bawah nomer bab angka Romawi, disusul dengan huruf besar, kemudian angka Latin, huruf kecil, lalu angka Latin diikuti kurung penutup.
Sistematika bagian isi laporan PTK adalah sebagai berikut :
BAGIAN-BAGIAN AWAL
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah )
C. Batasan Masalah )
D. Rumusan Masalah ) dapat langsung rumusan masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian teori, semua variable dan kaitannya
B. Kajian hasil penelitian terdahulu
C. Kerangka teori dan hipotesis – (meski tidak harus)
BAB III : METODOLOGI/METODE PENELITIAN
A. Objektif tindakan
B. Setting/lokasi/subjek penelitian
C. Langkah-langkah tindakan –siklus waktu direncanakan
D. Metode pengumpulan data
E. Metode analisis data
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Gambaran selintas tentang setting dengan keunikannya
B. Uraian pelaksanaan penelitian secara umum
C. Penjelasan per siklus
D. Proses perolehan dan analisis data
E. Pembahasan dan pengambilan kesimpulan
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan penelitian
1. Kesimpulan tentang proses
2. Kesimpulan tentang hasil
B. Saran dan tindakan lebih lanjut
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
5. ABSTRAK
Abstrak yang disajikan dalam laporan PTK merupakan bagian amat penting yang menggambarkan seluruh isi laporann. Secara garis besar ada tiga bagian penting yang harus ada dalam abstrak. Meskipun tidak diberi nomr urutan, akan tetapi bagiannya harus tampak. Alinea atau paragraf pertama berisi pengantar yang menunjukkan latar belakang atau alasan yang mendorong peneliti melakukan PTK. Dalam bagian ini ditegaskan rumusan masalah secara rinci, yaitu bagian-bagian dari proses yang ingin diamati, sehingga tujuan penelitian adalah ingin mengetahui keterlaksanaan tindakan menyangkut proses dan hasilnya.
Aline atau paragraf kedua berisi model tindakan. Langkah-langkah secara rinci, berapa siklus dilakukan, bagaimana data tentang keterlaksanaan dan hasil akan dikumpulkan, bagaimana proses menyusun lembar pengamatan, dan bagaimana pengolahan data dilakukan serta bagaimana mengambil suatu kesimpulan.
Alinea atau paragraf ketiga berisi laporan tentang pelaksanaan tindakan, keseluruhan proses dan dijelaskan rincian siklus demi siklus. Kesimpulan yang disampaikan harus menjelaskan ringkasan proses dan hasilnya.


PENILAIAN BAGIAN ISI LAPORAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam bagian ini dikemukakan keadaan yang tidak memuaskan, disertai data nyata, mungkin dari pengalaman beberapa tahun terakhir, atau hasil dari sebuah penelitian data ini sangat penting dan selalu dicari oleh penilai. Akan lebih baik dan dipercaya jika peneliti menggunakan bukti dalam angka, misalnya tabel atau grafik. Dari data tersebut peneliti menyampaikan sedikit tindakan yang dilakukan karena dari penalaran peneliti, tindakan tersebut dinilai baik dan tepat untuk dicoba untuk mengatasi masalah.
B, C, D Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah
Tiga hal tersebut dapat dirinci satu per satu jika peneliti menghendaki demikian, tetapi peneliti dapat menerima juga apabila langsung pada rumusan masalah. Dalam hal ini peneliti harus sadar betul bahwa PTK, peneliti ingin mengetahui keterlaksanaan model yang dilakukan dalam bentuk tindakan. Dari hampir semua PTK yang diajukan menyebutkan bahwa rumusan masalah hanya mengulang judul, dalam rumusan yang panjang dan tertuju pada hasil. Rumusan seperti itu salah. PTK berbeda dengan eksperimen. Rumusan masalah dalam PTK, peneliti bertanya tentang hal-hal yang terkait dengan proses. Hasil dari proses merupakan konsekuensi dari adanya proses.
Untuk jelasnya kita ambil sebuah contoh PTK dari guru yang ingin menggunakan metode diskusi kelompok dengan tugas bervariasi, masing-masing siswa bertanggung jawab sebuah sub topik. Alasan diberinya masing-masing siswa tanggung jawab satu sub topik adalah agar semua siswa aktif, bukan hanya seorang siswa saja yang aktif yaitu ketua kelompok.
* Rumusan Masalah SALAH – menanyakan dampak pada hasil :
“Apakah metode diskusi dengan sub topik bervariasi prestasi belajar siswa dapat meningkat?”
Rumusan masalah seperti ini merupakan rumusan masalah untuk penelitian eksperimen karena mengutamakan hasil saja, hanya satu kalimat.
* Rumusan Masalah BETUL – menanyakan tentang proses, sesudah itu baru hasil :
Rumusan masalahnya harus rinci, terdiri dari beberapa kalimat pertanyaan.
Untuk contoh PTK metode diskusi tadi rumusan masalah yang menyangkut proses dan hasil harus rinci. Untuk rumusan proses sekurnag-kuranggnya meliputi tiga hal, yaitu :
1) Kelancaran prosesnya
2) Situasi pembelajarannya
3) Situasi siswnya

Baru sesudah itu menanyakan hasil. Contoh rumusan masalahnya :
“Apakah diskusi kelompok dan pelaksanaan tugas setiap siswa berjalan lancar?”
“Apakah situasi belajar dalam diskusi menyenangkan, situasi tertib?”
“Apakah siswa bergairah dalam diskusi maupun ketika menyelesaikan tugas masing-masing?”
“Apakah prestasi belajar siswa meningkat dibandingkan dengan diskusi tanpa tugas bervariasi?”
Dari contoh dua rumusan masalah yang salah dan betul ini penulis laporan dapat memahami apa sebab rumusan masalah harus rinci, karena yang ditanyakan harus rinci agar dapat diketahui kelancaran proses tindakannya.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian harus dikalimatkan sesuai dengan rumusan masalah tetapi berupa keinginan yang ingin diperoleh setelah melaksanakan PTK. Kebanyakan penulis salah membuat tujun penelitian, yaitu ingin meraih pemecahan masalah.
* Tujuan peneliitian SALAH – ingin menyelesaikan masalah
“Ingin meningkatkan prestasi belajar melalui diskusi kelompok dengan topik bervariasi”
Tujuan seperti itu salah karena tujuan penelitian baru mencobakan cara untuk meningkatkan prestasi belajar, yang belum tentu cara tersebut tepat. Jadi tujuan penelitian baru ingin tahu bagaimana keterlaksanaan cara tersebut, baru untuk mengetahui prosesnya baik atau tidak.
* Tujuan penelitian BETUL – ingin mengetahui efektivitas cara/tindakan
Tujuan penelitian harus disesuaikan dengan rumusan masalah yang sudah ditulis dalam bagian sebelumnya. Dalam contoh di atas ada empat kalimat pernyataan :
“Ingin mengetahui kelancaran diskusi kelompok dan pelaksanaan tugas masing-masing siswa”
“Ingin mengetahui situasi belajar dan ketertiban pelaksanaan diskusi dan situasi belajar serta ketertiban masing-masing siswa”
Ingin mengetahui tingginya minat dan kegairahan siswa dalam diskusi kelompok maupun ketika menyelesaikan tugas individualnya”
“Ingin mengetahui tingginya prestasi belajar siswa, seberapa tinggi peningkatan nilai jika dibandingkan dengan diskusi yang biasa, yaitu tanpa tugas bervariasi”
Perlu diketahui bahwa penilai tidak secara kaku mencermati kalimat-kalimat dalam tujuan penelitian, tidak harus sama persis dengan isi rumusan masalah, tetapi tidak boleh menyimpang. Kalimatnya tidak harus persis. Yang penting adalah bahwa tujuan penelitian tersebut harus rinci, dan sinkron dengan apa yang sudah dikemukakan dalam rumusan masalah. Antara pertanyaan yang ingin dicari jawabnya dengan keinginan yang akan dicapai dalam penelitiannya harus sama.
F. Manfaat Penelitian
Dalam bagain ini peneliti mencoba mengira-ira manfaat dari penelitian yang sudah selesai dilaksanakan. Sebaiknya manfaat penelitian ini juga harus rinci, mengena pada siswa, pada guru sendiri, dan mungkin pada sekolah. Isi yang tertulis dalam manfaat penelitian ditarik dari hal-hal yang tertuang dalam rumusan masalaha dan tujuan penelitian

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Dalam bagian ini peneliti harus menyampaikan hal-hal yang diperoleh dari sumber yang dibaca baik dari buku sumber, dari majalah, surat kabar, atau dari internet. Untuk penelitian yang baik dalam bentuk skripsi atau tesis, kajian pustaka harus dibedakan antara teori dengan hasil peneliitian terdahulu. Untuk laporan PTK, andaikata hanya disajikan hasil telaah sumber teori, sudah dibenarkan. Yang perlu diperhatikan dalam kajian teori adalah sebagi berikut :
1. Banyaknya sumber yang dibaca (kalau dapat) sekurang-kurangnya lima buku/majalah/surat kabar/sumber lain, sehingga unsur-unsur yang terdapat dalam rumusan masalah mendapat dukungan kebenarannya.
2. Kajian teori bukan hanya menyampaikan deskripsi sekolah, penjelasan tentang metode yang digunakan tanpa menunjuk pada kaitan dengan keberhasilannya.
3. Selama kita – dan peneliti – berkecimpung dalam dunia pendidikan dan terkait dengan manusia, tidak boleh dilupakan teori-teori tentang ilmu pendidikan, ilmu jiwa, dan teori pembelajaran.
4. Kajian teori harus mendukung pelaksanaan tindakan. Jika kita kembali pada contoh metode diskusi kelompok dengan sub topik bervariasi di atas, maka harus ada teori tentang kerja kelompok dan teori tentang kerja kelompok dan teori tentang tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan tugas individual.
Kesalahan umum yang banyak dilakukan oleh peneliti penulis laporan PTK, yang disajikan dalam bab II hanya hal-hal yang terkait dengan pembelajaran, antara lain teori belajar, prestasi belajar, dan penjelasan tentang mata pelajaran yang diteliti. Penjelasan tentang mata pelajaran perlu dijelaskan hanya kalau memiliki keunikan yang memang terkait dengan model pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk PTK. Bagian ini harus mendapatkan prioritas kejelasannya.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Sampai sekarang masih terdapat perdebatan untuk nama judul bab ini. Ada orang yang lebih senang menggunakan kata “metode”, dan adapula yang lebih senang dengan istilah “metodologi”. Baiklah dalam tulisan ini kita gunakan istilah metodologi karena didalamnya menjelaskan beberapa metode
A. Objek Penelitian
Yang dimaksud dengan objek penelitian dalam laporan penelitian tindakan adalah model tindaan yang dicobakan. Dengan sedikit ulangan penjelasan tentang masalah yang dihadapi, peneliti langsung mengemukakan model yang dicobakan dalam bentuk tindakan. Dengan singkat pula dikemukakan beberapa siklus penelitian tindakan ini telah dilaksanakan, dan hal-hal khusus apa yang terkait dengan tindakan tersebut.
B. Setting, lokasi, subjek penelitian
Dalam bagian ini dijelaskan subjek siswa yang akan dikenai tindakan, setting kelas, pengaturan kelompok, danhal-hal penting dalam pelaksanaan tindaan, dan harus dijelaskan pula alasan mengapa setting harus diatur seperti itu. Jika ada hal-hal khusus yang memang dituuntut karena terkait dengan tindakan, seharusnya juga dikemukakan. Lokasi penelitian perlu disampaikan tidak terlalu panjang, bertele-tele, tetapi hanya hal-hal yang ada kaitannya dengan tindakan saja.
C. Langkah-langkah tindakan
Yang banyak terjadi sampai sekarang, dalam bab III laporan PTK, peneliti tidak menjelaskan bagaimana langkah-langkah tindakan yang dilaksanakan. Demikian juga dengan jenis penelitian yang lain. Misalnya peneliti membandingkan metode A dengan metode B, hal itu hanya dijelaskan dalam bab I apa yang dibandingkan, dalam bab II disampaikan teori tentang metode A dan metode B, tetapi di bab III tidak ada penjelasan tentang langkah-langkah dalam penelitian. Sajian yang seperti itu SALAH, kurang lengkap. Di bab II baru menyajikan teori, belum langkah riil yang dilakukan.
Langkah-langkah tindakan harus dijelaskan secara rinci meskipun baru dalam taraf perencanannya dahulu sebelum melaksanakan. Langkah tersebut disajikan secara rinci, siklus demi siklus. Penjelasan umum tetapi SALAH adalah bahwa dalam bagian ini peneliti menjelaskan langkah-langkah pembelajaran biasa, mulai dari menelaah kurikulum, merumuskan indikator, menentukan langkah pembelajaran, lalu melakukan evaluasi. Hal seperti itu SALAH!!
Yang dijelaskan dalam langkah-langkah ini adalah siklus demi siklus, tidak siklus terdiri dari empat tahap, yaitu :
a) Perencanaan
b) Pelaksanaan
c) Pengamatan
d) Refleksi.
tidak boleh dilupakan adalah bagaimana siklus lanjutan dilakukan, harus dikembangkan berdasarkan masukan dari refleksi siklus pertama. Tidak boleh lupa, peneliti harus menjelaskan bagaimana refleksi dilaksanakan, yaitu tentang apa (what), siapa yang melibatkan (who), kapan (when), dimana (where), dan bagaimana (how) refleksi dilakukan.
D. Metode pengumpulan data
Yang dimaksud metode pengumpulan data adalah cara dan langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk mencatat peristiwa atau proses tindakan secaa rinci, sesuai dengan maksud untuk memperoleh jawaban dari kalimat pertanyaan yang sudah diajukan dalam rumusan masalah. Kesalahan yang umum dituliskan dalam laporan penelitian adalah bahwa peneliti langsung menyebut beberapa metode, yaitu angket, wawancara, pengamatan, dokumentasi, tetapi sesudah itu tidak menjelaskan bagaimana cara yang secara riil dilakukan dan juga tidak menjelaskan data yang terkumpul dari masing-masing metode. Kejadian seperti itu ibarat terlalu besar keinginan tetapi tidak dapat dilaksanakan. Yang benar adalah bahwa masing-masing metode harus dijelaskan, dan disebutkan data berupa apa, instrumennya disampaikan dalam lampiran.
Bagian ini merupakan bagian yang sangat penting dari keutuhan laporan PTK. Oleh karena itu pemaparannya harus jelas, disertai dengan instrumen yang harus ada dan dilampirkan. Kalau belum ada, pasti laporannya dikembalikan dan disarankan agar ada penjelasan bagaimana data dikumpulkan, ada data yang disajikan, dan ada penjelasan bahwa instrumen yang digunakan dilampirkan.
E. Metode analisis data
Dalam bagian ini peneliti menjelaskan tentang apa yang dilakukan setelah data terkumpul. Laporan yang baik adalah apabila peneliti juga menjelaskan bagaimana menggabungkan data dari beberapa metode yang digunakan.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Selintas Tentang Setting
Dalam bagian ini peneliti memaparkan keadaan sekolah dan siswa secara singkat, namun hanya yang terkait dengan pelaksanaan tindakan. Kesalahan umum yang banyak terdapat dalam laporan PTK adalah cerita panjang lebar tentang sekolah, termasuk umlah guru dan siswa dengan rincian dalam bentuk table dari tahun ke tahun. Hal-hal seperti itu tidak perlu.
B. Uraian Pelaksanaan Penelitian Secara Umum/Keseluruhan
C. Penjelasan Penelitian Per Siklus
D. Proses Perolehan dari Analisis Data
E. Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan
Pembahasan dari semua data dan kaitan antar data dikemukakan oleh peneliti dalam pembahasan. Jadi setelah mengemukakan bagaimana data dianalisis, peneliti memberikan pembahasan sehingga diperoleh kesimpulan yang mengarah ada perolehan jawaban dari rumusan yang diajukan di bab I.

3 komentar:

  1. Salam kenal Pak, blognya sangat bermanfaat, jika butuh informasi lowongan kerja seputar Jambi klik aja www.jobsjambi.com makasih

    BalasHapus
  2. makasih dan membantu.
    tp kalau boleh diusulkan penulisan tlg spasi diperbaiki, pusing sy melihatnya..agar lebih menarik saja..

    mohon kunjungi jg :
    http://www.rohmadie.info/

    BalasHapus
  3. uraian yang bagus pak.... jika membutuhkan program penghitung nilai silahkan kunjungi http://www.klinikict.com/2012/11/program-pengolahan-nilai-semester.html

    BalasHapus

Guru Profesional

Menghadapi berbagai tantangan dalam reformasi pendidikan nasional, diperlukan kualitas guru yang mampu mewujudkan kinerja profesional , modren, dalam nuansa pendidikan