Daftar Isi

Jumat, 01 Juli 2011

LESSON STUDY

Pak DRS.H.EDI ERISON Kepala Bidang Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menyampaikan Pokok-pokok pikiran kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi Jambi dalam rangka Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada Pembinaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP ) SMP dan Kelompok Kerja Guru ( KKG ) SD di HOTEL ABADI Kabupaten Sarolangun Tgal 8 s.d 17 Agustus 2011




Pak.Drs.SuDjarwadi.M.Si Memberikan Pelatihan dalam rangka Peningkatan Profesional Guru pada pembinaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP-SMP ) dan Pembinaan Kelompok Kerja Guru ( KKG-SD ) di Hotel ABADI Kabupaten Merangin Provinsi Jambi pada tanggal, 8 s.d 17 Agustus 2011



PAK ERI SATRIA.S.Pd.,M.Pd Memberikan Pelatihan dalam rangka Peningkatan Profesional Guru pada pembinaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP-SMP ) dan Pembinaan Kelompok Kerja Guru ( KKG-SD ) di Hotel ABADI Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi pada tanggal, 8 s.d 17 Agustus 2011



IBU NURHAYATI.S.Pd, Memberikan Pelatihan dalam rangka Peningkatan Profesional Guru pada pembinaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP-SMP ) dan Pembinaan Kelompok Kerja Guru ( KKG-SD ) di Hotel ABADI Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi pada tanggal, 8 s.d 17 Agustus 2011






PEMBINAAN GURU MGMP BERMUTU SMP MAPEL : MATEMATIKA,B.INGGRIS, B.INDONESIA DAN IPA KAB. MUARO BUNGO PROV. JAMBI , DI HOTEL BUNGO PLAZA TANGGAL , 12 SEPT 2011



LESSON STUDY SUATU MODEL
PENINGKATAN MUTU KBM
GURU DI KELAS

A. Pendahuluan

Lesson Study (LS) merupakan alternatif pembinaan profesi guru melalui aktivitas aktivitas kolaboratif dan berkelanjutan. Prinsip kolaborasi akan memfasilitasi para guru untuk membangun komunitas belajar yang efektif dan efesien, sedangkan prinsip berkelanjutan akan memberi peluang bagi guru untuk menjadi masyarakat belajar sepanjang hayat. Dua hal ini sangat penting bagi guru dalam menjalankan perannya sebagai sosok panutan dan yang dipercaya oleh siswa di sekolah.
Implementasi lesson study secara berkelanjutan akan membantu guru mempercepat peningkatan profesionalismenya. Indikator-indikator peningkatan profesionalisme guru melalui implementasi lesson study, adalah pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang selalu menuntut dilakukannya inovasi pembelajaran dan asesmen, siklus-siklus dalam LS yang memungkinkan guru untuk dapat mengembangkan pemikiran kritis dan kreatif tentang belajar dan pembelajaran, proses sharing pengalaman berbasis pengamatan pembelajaran memberi peluang bagi guru untuk mengembangkan keterbukaan dan peningkatan kompetensi sosialnya, dan proses-proses refleksi secara berkelanjutan adalah suatu ajang bagi guru untuk meningkatkan kesadaran akan keterbatasan dirinya.

Langkah awal yang perlu diperhatikan untuk dapat menghasilkan siswa yang bermutu adalah bagaimana siswa dapat menyukai materi yang akan dibawakan oleh guru. Sebaik apapun pendekatan atau metode pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru dalam membawakan materi pembelajarannya akan kurang bermakna dan akan banyak menemui hambatan bila siswa tidak menyenangi materi yang disampaikan.Kecakapan seorang guru dalam mengetengahkan materi yang dapat menggugah semangat/ motivasi siswa untuk mempelajarinya adalah suatu prestasi tersendiri yang menunjukkan tingkat keprofesionalan guru yang bersangkutan. Lesson study merupakan salah satu bentuk pembinaan guru (in-service) yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Lesson study dilakukan diwilayah guru mengajar dengan menggunakan kelas dalam lingkungan nyata, sehingga akan membiasakan guru bekerja secara kolaboratif baik dengan guru bidang studi dan dengan guru diluar bidang studi, bahkan dengan masyarakat. Lesson Study merupakan kolaboratif antara guru dalam menyusun rencana pembelajaran beserta research lessonnya, pelaksanaan KBM dikelas yang disertai observasi dan refleksi. Dengan lesson study para guru dapat leluasa meningkatkan kinerja dan keprofesionalannya yang akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan meghasilkan siswa yang berkualitas tinggi.


Didalam peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab IV pasal 19 ayat 1 dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi siswa. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam pembelajaran seorang guru dituntut untuk dapat memiliki sebuah pendekatan, metode, dan teknik-teknik tertentu yang dapat menciptakan kondisi kelas pada pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Sehingga pada akhirnya akan diperoleh kondisi kelas yang termotivasi , aktivitas yang tinggi serta hasil belajar yang memuaskan. Lesson Study dapat dijadikan jembatan untuk meniti kearah cita-cita proses pembelajaran yang ideal sebagaimana tercantum dalam Standar Nasional Pendidikan diatas.


B. Kapan ” Lesson Study” ada di Indonesia.

Lesson Study diperkenalkan di Indonesia melalui kegiatan piloting yang dilaksanakan dalam proyek follow-up IMSTEP-JICA di tiga perguruan tinggi yaitu UPI, UNY, dan UM. Di UM sendiri lessson study diperkenalkan di Malang secara formal oleh JICA expert Eisoke Saito, Ph.D. pada bulan januari 2004, selanjutnya diikuti kegiatan pengimplementasian lesson study di SMA labotarium Universitas Negeri Malang (I Made Sulandra, 2006). Lesson Study merupakan hal yang baru bagi sebagian sebagian besar guru. Lesson Study diadopsi dari Jepang dan diuji cobakan di beberapa sekolah sebagai pilot project, diantaranya Bandung (dibawah UPI), di Yogyakarta (dibawah UNY), dan di Malang (dibawah UM).

Di Jepang para guru dapat meningkatkan ketrampilan/ kecakapan dalam mengajarnya melalui kegiatan Lesson Study, yakni belajar dari suatu pembelajaran. Lesson study merupakan salah satu bentuk pembinaan guru (in-service) yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Lesson study dilakukan diwilayah guru mengajar dengan menggunakan kelas dalam lingkungan nyata, sehingga akan membiasakan guru bekerja secara kolaboratif baik dengan guru bidang studi dan dengan guru diluar bidang studi, bahkan dengan masyarakat. Lesson Study merupakan kolaboratif antara guru dalam menyusun rencana pembelajaran beserta research lessonnya, pelaksanaan KBM dikelas yang disertai observasi dan refleksi. Dengan lesson study para guru dapat leluasa meningkatkan kinerja dan keprofesionalannya yang akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran.

Lesson Study mulai diterapkan pada tahun 2004 yang hasilnya menunjukkan terjadinya peningkatan profesionalisme guru dalam melakukan pembelajaran di sekolah, meningkatkan kolaborasi akademik dan dapat dilakukan secara berkelanjutan. Efektifitas dan efisiensi program Lesson Study yang ditunjang oleh kegiatan monitoring dan evaluasi (MONEV) dengan menggunakan rekaman audiovisual, sehingga para guru dapat mengkaji mutu pembelajaran berdasarkan data dan fakta yang sesungguhnya.


C. Apa Lesson study

Lesson Study yang dalam bahasa Jepang disebut Jugyokenkyu adalah bentuk kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru/ sekelompok guru yang bekerja sama dengan orang lain (dosen, guru mata pelajaran yang sama/ guru satu tingkat kelas yang sama, atau guru lainya), merancang kegiatan untuk meningkatkan mutu belajar siswa dari pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru dari perencanaan pembelajaran yang dirancang bersama/sendiri, kemudian di observasi oleh teman guru yang lain dan setelah itu mereka melakukan refleksi bersama atas hasil pengamatan yang baru saja dilakukan. Refleksi bersama merupakan diskusi oleh para pengamat dan guru pengajar untuk menyempurnakan proses pembelajaran dimana titik berat pembahasan pada bagaimana siswa belajar, kapan siswa belajar, kapan siswa mulai bosan mendapatkan pengetahuan dan kapan siswa mampu menjelaskan kepada temannya dan kapan siswa mampu mengajarkan kepada seluruh kelas. (Ridwan Johawarman, 2006).

Lewis (dalam Lia Yulianti, dkk, 2005), menyatakan bahwa Lesson Study merupakan siklus kegiatan kelompok guru yang bekerja bersama dalam menentukan tujuan pembelajaran, melakukan”research lesson”dan secara berkolaborasi mengamati, mendiskusikan dan memperbaiki pembelajaran tersebut.

D. Mengapa Lesson study

Lewis (dalam Mucthar Abdul Karim, 2006) menyatakan bahwa Lesson Study dipilih dan di implementasikan karena beberapa alasan.

Pertama, Lesson Study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas belajar dan mengajar serta pelajaran dikelas. Hal itu benar, karena:

1. Pengembangan Lesson Study dilakukan dan didasarkan pada hasil ”sharing” pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktek dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru.
2. Penekanan mendasar pada suatu Lesson Study adalah para siswa memiliki kualitas belajar.
3. Tujuan pelajaran dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pebelajaran dikelas.
4. Berdasarkan pengalaman riel di kelas, Lesson Study mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran.
5. Lesson Study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran.

Kedua, Lesson Study yang di desain dengan baik akan menghasilkan guru yang profesional dan inovatif. Dengan melaksanakan LS para guru dapat:

1. Menentukan tujuan pembelajaran (lesson) satuan (unit) pelajaran, dan mata pelajaran yang efektif.
2. Mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa.
3. Memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan para guru.
4. Menentukan tujuanjangka panjang yang akan dicapai para siswa.
5. Menentukan pelajaaran secara kolaboratif.
6. Mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa.
7. Mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan.
8. Melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan koleganya.

Jadi, LS di pilih sebagai salah satu cara untuk meningkatkan mutu pembelajaran, dimana seorang guru mengajak kerjasama guru yang lain. Kerjasama tersebut dimulai dari merancang pembelajaran, melaksanakan dan mengamati proses pembelajaran, serta melakukan diskusi/ refleksi terhadap pelajaran yang dilakukan. Istilah populer dalam Lesson study adalah plan-do-see- reflektion. Ketiga hal tersebut yang merupakan inti dari Lesson Study.

E. Bagaimana Lesson study

Untuk dapat memulai kegiatan LS maka di perlukan perubahan dari dalam diri guru sehingga memiliki sikap sebagai berikut:

1. Semangat introspeksi terhadap apa yang sudah dilakukan selama ini terhadap proses pembelajaran.

Pertanyaan seperti apakah saya sudah melakukan tusgas medidik dengan baik?

Apakah saya sudah melakukan tugas seoptimal mungkin?

Serangkaian pertanyaan yang harus dijawab dengan jujur, jawaban tersebut tentu akan medorong pada proses pencarian cara untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan atas jawaban tersebut.
2. Keberanian membuka diri untuk dapat menerima saran dari orang lain untuk peningkatan kualitas diri.
3. Keberanian untuk mengakui kesalahan diri sendiri.
4. Keberanian mengakui dan memakai ide orang lain yang baik.
5. Keberanian memberikan masukan yang jujur dan penuh penghormatan (Ridwan Joharmawan,2006)

Kelima sikap tersebut menjadi persyaratan yang harus dipahami dan dipertajam sebelum kita melakukan kegiatan LS. Selain sikap dasar yang harus disiapkan oleh guru tersebut, maka juga sangat penting peranan dari komponen yang terkait dalam bidang pendidikan, Kepala Sekolah, MGMP, Kantor Dinas Pendidikan, Universitas, dan para pemerhati pendidikan pada komitmen nyata dalam mendukung kegiatan Lesson Study.


Pada dasarnya, Lesson Study dapat dilaksanakan melalui 7 (tujuh) langkah kegiatan, yaitu:

1. Pembentukan kelompok Lesson Study
2. Penentuan fokus Lesson Study
3. Perencanaan Lesson Study
4. Persiapan observasi
5. Pelaksaan dan observasi pembelajaran
6. Tanya jawab (diskusi)tentang pembelajaran yang dilaksanakan, dan
7. Refleksi dan perencanaan langkah berikutnya (Richarson, 2004)

Perry, Lewis dan Akiba (dalam Yusman Wiyatno, 2005), menggambarkan secara skematis tahapan-tahapan Lesson Study adalah sebagai berikut :

Secara garis besarnya ‘lesson study” mencakup 3 (tiga) siklus kegiatan yaitu perencanaan (planing), implementasi (action) pembelajaran dan observasi serta refleksi (reflection), rincian dari tiga tahap itu sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah yang ada pada kelas yang akan digunakan untuk kegiataan lesson study dan alternatif pemecahannya. Identifikasi masalah dan pemecahan tersebut berkaitan dengan Kompetensi Dasar yang relevan dengan kelas dan materi pelajaran, karakteristik siswa dan suasana kelas, metode atau pendekatan pembelajaran, media, alat peraga dan evaluasi proses serta hasil belajar.Selanjutnya dilakukan diskusi tentang pemilihan materi pelajaran, pemilihan metode dan media yang sesuai dengan karakteristik siswa serta jenis evaluasi yang akan digunakan. Pada saat tersebut akan muncul pendapat dan sumbang saran dari para guru dan pakar. Pada tahap ini pakar dan guru senior dapat mengemukakan hal-hal baru yang perlu diketahui dan diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran nanti.

Hal yang penting pula untuk didiskusikan adalah penyusunan lembar observasi, terutama penentuan-penentuan indikator-indikator selama proses pembelajaran berlangsung, baik yang dilihat dari guru dan siswanya. Indikator-indikator tersebut disusun berdasarkan pada rencana pembelajaran yang dibuat serta kompetensi dasar yang ditetapkan yang akan dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.


Dari hasil identifikasi masalah dan pemecahan tersebut, selanjutnya disusun dan dikemas dalam suatu perangkat pembelajaran yang terdiri atas:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b. Lembar kerja sisiwa (LKS)
c. Media atau alat peraga pembelajaran
d. Lembar penilaian proses dan hasil pembelajaran
e. Lembar observasi.

Penyusunan rencana pembelajaran ini dapat disusun oleh seorang guru atau beberapa orang guru yang sebelumnya telah ada kesepakatan tentang aspek-aspek pembelajaran yang telah direncanakan. Hasil penyusunan rencana tersebut perlu didiskusikan dengan guru lain dan pakar dalam kelompoknya untuk disempurnakan.

2. Tahap Implementasi dan Observasi.

Pada tahap ini seorang guru melakukan implementasi RPP yang telah disusun, pakar dan guru lain melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Selain itu dilakukan rekaman video (audio visual) yang meng-close up kejadian-kejadian khusus selama pelaksanaan pembelajaran.


3. Tahap Refleksi

Pada tahap ini guru melakukan implementasi rencana pembelajaran diberi kesempatan untuk menyatakan kesan-kesannya selama melaksanakan pembelajaran, baik terhadap dirinya maupun siswa yang dihadapi. Selanjutnya observer (guru lain dan pakar) menyampaikan hasil analisa data observasinya, terutama menyangkut kegiatan siswa selama berlangsung pembelajaran yang disertai dengan pemutaran video hasil rekaman
pembelajaran. Akhirnya, guru yang melakukan implementasi tersebut akan memberikan tanggapan balik atas komentar para observer. Hal yang penting pula dalam tahap refleksi ini, adalah mempertimbangkan kembali rencana pembelajaran tersebut, apakah telah sesuai dan dapat meningkatkan performance keaktifan belajar siswa? Jika belum ada kesesuaian, hal-hal apa saja yang belum sesuai, metode pembelajarannya, materi dalam LKS, media atau alat peraga, atau lainnya? Pertimbangan –pertimbangan ini selanjutnya digunakan untuk perbaikan rencana pembelajaran selanjutnya.

Panitia Pelatihan Peningkatan Profesional Guru pada pembinaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP-SMP ) dan Pembinaan Kelompok Kerja Guru ( KKG-SD ) di Hotel ABADI KOTA JAMBI - HOTEL ABADI SAROLANGUN - HOTEL BUNGO PLAZA - Provinsi Jambi














Panitia Pelatihan Peningkatan Profesional Guru pada pembinaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP-SMP ) dan Pembinaan Kelompok Kerja Guru ( KKG-SD ) Provinsi Jambi rekreasi ke perkebunan Teh Kayu Aro tepat nya di kaki Gunung Kerinci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guru Profesional

Menghadapi berbagai tantangan dalam reformasi pendidikan nasional, diperlukan kualitas guru yang mampu mewujudkan kinerja profesional , modren, dalam nuansa pendidikan