PROSES MERUMUSKAN MASALAH
DALAM PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Andaikan salah satu diantara banyak masalah pembelajaran matematika SMP yang dihadapi/teridentifikasi adalah: rendahnya kemampuan dan keterampilan siswa SMP Kelas VII dalam melakukan operasi bentuk aljabar. Hal itu antara lain ditunjukkan oleh kemampuan siswa SMP Kelas VII dalam memaknai unsur-unsur pada bentuk aljabar salah, misalnya: siswa memaknai variabel yang salah, yaitu: a = apel, b = buku, padahal a dan b adalah variabel yang mewakili bilangan. Siswa juga kurang paham dan kurang terampil melakukan operasi bentuk aljabar, yang ditandai dengan kekeliruan dalam mengoperasikan unsur-unsur bentuk aljabar, misalnya: 2a + b = 2ab, 3a (a + 4b) = 12ab.
1. Mari kita analisis masalah itu dari segi karakteristiknya dan kemungkinan penyebabnya.
a. Masalah itu adalah masalah yang sering dijumpai dalam pembelajaran matematika sehari-hari di Kelas VII.
b. Cakupan masalah tidak luas sehingga penanganan tindakan untuk mengatasinya diprediksi tidak akan merepotkan. Ruang lingkup masalah hanya berkenaan dengan pembelajaran 2 kompetensi dasar (KD) yang saling terkait, yaitu: 2.1 Mengenali bentuk aljabar dan unsur-unsurnya dan 2.2 Melakukan operasi bentuk aljabar.
c. Untuk mengatasi masalah itu tidak diperlukan banyak sarana, media, dan buku sumber karena media dan sumber belajar yang diperlukan banyak dijumpai di sekitar kehidupan siswa di sekolah maupun di rumah.
d. Kemampuan mengenali dan melakukan operasi bentuk aljabar di Kelas VII SMP adalah kemampuan yang sangat strategis. Kemampuan itu merupakan salah satu kemampuan yang mendasari kemampuan lainnya dalam belajar matematika berikutnya di SMP. Kemampuan itu belum pernah dipelajari di SD. Oleh karena itu kemampuan itu termasuk kemampuan prasyarat yang penting karena menjadi modal utama siswa dalam mempelajari semua kompetensi dasar terkait kajian aljabar di SMP, antara lain: (1) menyelesaikan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, (2) menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, dan perbandingan dalam pemecahan masalah, (3) memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis, (4) memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. Kemampuan melakukan operasi bentuk aljabar di Kelas VII berhubungan langsung dengan kemampuan melakukan operasi bentuk aljabar yang diperluas dan kemampuan menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya di Kelas VIII.
e. Mengingat kemampuan melakukan operasi bentuk aljabar merupakan prasyarat utama dalam mempelajari kompetensi lain, maka masalah itu harus segera diatasi agar pencapaian kompetensi siswa berikutnya tidak semakin memburuk. Ingat bahwa KD-KD yang dipelajari siswa pada matematika saling terkait dan tersusun secara hirarkis. Bila kemampuan prasyarat bermasalah maka hampir pasti siswa akan kurang menguasai kemampuan matematika berikutnya.
f. Masalah itu sangat nyata karena penyebabnya cukup mudah untuk dikenali. Beberapa kemungkinan penyebabnya antara lain:
• Kurang dikuasainya latar belakang materi oleh guru, khususnya terkait pengertian/ maksud dari suku, variabel, konstanta dan koefisien dalam bentuk aljabar.
• Kurangnya penguasaan guru dalam memilih dan mengelola media pembelajaran yang sesuai
• Kurang tepat dalam pemilihan metode pembelajaran yang berdampak pada praktik pembelajaran yang sulit menimbulkan antusiame siswa dalam belajar
• Pelaksanaan pembelajaran mengenali bentuk aljabar dan unsur-unsurnya tidak kontekstual sehingga pembelajarannya kurang bermakna bagi siswa sehingga siswa kurang dapat memaknai hakekat simbol-simbol aljabar dan makna dari operasinya.
• Walaupun proses pembelajaran sudah kontekstual, namun terjadi salah arah atau salah konsep dalam proses pembelajaran. Kesalahan itu misalnya adalah makna variabel dikonkretkan sebagai nama benda (mewakili benda) bukan mewakili banyak suatu benda (objek) atau bilangan. Contoh: 3 apel disimbolkan dengan 3a, dan a mewakili apel, bukan mewakili banyaknya apel atau mewakili harga sebuah/sekelompok apel. Hal itu terjadi kemungkinan karena keterbatasan penguasaan tentang pengertian dari unsur-unsur bentuk aljabar.
• Lemahnya siswa dalam operasi hitung bilangan bulat dan pecahan yang telah dipelajari siswa sejak di SD dan dilanjutkan pada saat awal belajar di SMP (standar kompetensi pertama yang dipelajari di SMP).
g. Penanganan masalah itu memerlukan tindakan yang berkelanjutan dan waktu yang cukup (diprediksi perlu lebih dari satu siklus untuk dicapainya hasil yang optimal) karena penanganan tidak hanya berkait dengan kemampuan siswa dalam melakukan operasi bentuk aljabar saja, namun juga berkaitan dengan kemampuan siswa dalam mengenali bentuk aljabar dan melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan yang pada umumnya juga rendah.
h. Penanganan masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara merujuk pada hasil analisis kemungkinan faktor-faktor penyebabnya. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan membelajarkan kemampuan melakukan operasi bentuk aljabar secara kontekstual.
i. Usaha mengkonkretkan bentuk aljabar dan unsur-unsurnya serta operasinya secara konteks-tual sangat penting karena hal itu akan ber-dampak langsung pada kemampuan bermakna siswa dalam melakukan operasi bentuk aljabar sekaligus akan menguatkan guru dalam pengua-saan materinya tentang hakikat pengertian unsur-unsur aljabar dan makna operasinya. Dengan demikian, masalah itu sangat nyata dan berhubungan dengan pengembangan kurikulum, khususnya terkait pengembangan silabus, RPP dan bahan presentasi, penguatan materi, dan praktik mengajar sekaligus.
3. Dari uraian tersebut, selanjutnya dapat dirumuskan masalahnya. Misalnya masalah yang akan dipecahkan difokuskan pada aspek praktik mengajar. Dengan demikian rumusan masalahnya antara lain adalah:
a. Apakah pemahaman dan keterampilan siswa dalam melakukan operasi bentuk aljabar dapat ditingkatkan dengan pembelajaran secara kontekstual menggunakan benda-benda konkret?
b. Apakah pemahaman dan keterampilan siswa dalam melakukan operasi bentuk aljabar dapat ditingkatkan dengan menerapkan metode permainan menggunakan kartu bilanagn bentuk aljabar?
c. Apakah pemahaman dan keterampilan siswa dalam melakukan operasi bentuk aljabar dapat ditingkatkan dengan menerapakan pembelajaran kooperatif ?
d. Apakah pemahaman dan keterampilan siswa dalam melakukan operasi bentuk aljabar dapat ditingkatkan dengan menerapakan metode pembelajaran latihan terstruktur yang dihubungkan dengan kemampuan prasyarat ?
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah mencakup: (1) mendaftar semua masalah yang dihadapi, (2) mengidentifikasi masalah mana yang layak dikaji, (3) menganalisis masalah, (4) merumuskan masalah.
1. Masalah merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dan kenyataan. Masalah dapat berupa situasi tidak memuaskan atau ganjalan pikiran dan perasaan yang mendorong diri kita (guru/peneliti) untuk mencari solusi.
2. Mengidentifikasi masalah merupakan langkah pertama PTK yang harus dilakukan. Hal itu dapat dilakukan pada saat merefleksikan pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam refleksi diingat kembali kejadian, atau hal-hal yang membuat diri kita (guru/peneliti) tidak puas. Hasil refleksi dapat dituangkan dalam berbagai bentuk, salah satunya dalam bentuk tulisan Case Study.
3. Mengidentifikasi masalah adalah kegiatan untuk menemukan masalah nyata yang terjadi di sekitar kita yang dalam konteks ini adalah di sekitar pembelajaran matematika yang kita kelola sehari-hari. Dari identifikasi masalah akan dihasilkan daftar masalah yang terjadi di kelas.
4. Masalah-masalah yang telah teridentifikasi hendaknya dicarikan jalan keluar atau solusinya. Bila akan dilakukan PTK, tidak semua masalah layak dikaji melalui PTK. Masalah yang dapat dikaji melalui PTK adalah masalah yang memenuhi karakteristik: (a) berkaitan dengan pembelajaran sehari-hari, (b) cakupannya tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit, (c) sesuai dengan kemampuan guru, (d) strategis, (e) membutuhkan penanganan yang relatif segera, (f) nyata, (g) memerlukan penanganan secara berkelanjutan
5. Masalah yang ditemukan ada kemungkinan masih belum jelas atau samar-samar. Untuk itu perlu dilakukan analisis masalah yang tujuannya untuk: (a) mendapat kejelasan masalah sesungguhnya, (b) kemungkinan faktor penyebabnya, (c) menentukan kadar permasalahan.
6. Analisis masalah dapat dilakukan dengan bantuan sumber-sumber atau bahan yang merupakan hasil kerja siswa atau umpan balik dari guru.
7. Setelah masalah dianalisis, selanjutnya perlu dirumuskan masalahnya secara kongkret dan operasional sehingga menuntun alternatif solusinya.
8. Rumusan masalah:
a. Masalah yang dirumuskan memenuhi karakteristik masalah penelitian
b. Merupakan pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui penelitian
c. Masalah dirumuskan dalam kalimat pertanyaan
d. Masalah dirumuskan secara rinci yang menunjuk pada proses dan hasil.
e. Rumusan masalah menunjukkan hubungan antara dua variabel
Rujukan: Bahan ajar cetak dengan judul: Penelitian Tindakan SD - 4 SKS oleh Aunurrahman terbitan Ditjen Dikti Depdikna
Daftar Isi
Senin, 02 Agustus 2010
Kamis, 12 November 2009
CASE STUDY BY: ERI SATRIA.S.Pd.,M.Pd

KONSEP CASE STUDY
( BY : ERI SATIA,S.Pd.,M.Pd )
PCT MGMP BERMUTU PROVINSI JAMBI
TIM PENGEMBANG KURIKULUM PROVINSI JAMBI
GURU SMP NEGERI 9 KOTA JAMBI
1. Hakikat Case study
Case study atau studi kasus adalah rangkuman pengalaman pembelajaran (pengalaman mengajar) yang ditulis oleh seorang guru dalam praktik pembelajaran mereka di kelas. Pengalaman tersebut memberikan contoh nyata tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh guru pada saat mereka melaksanakan pembelajaran. Gunanya adalah melalui pengkajian case study dalam pembelajaran dengan segala komponennya, para guru dapat melakukan evaluasi diri (self evalution), dapat memperbaiki dan sekaligus dapat meningkatkan praktik pembelajaran mereka di kelas. Bagi para calon guru, kajian terhadap case study akan dapat membuka wawasan mereka terhadap pembelajaran dan menanamkan konsep bagaimana seharusnya pembelajaran itu berlangsung.

Di sisi lain, case study tentang pembelajaran dapat digunakan untuk membantu, baik guru maupun mahasiswa calon guru dalam memahami hakikat pembelajaran. Studi kasus seperti ini menjadi catatan penting dalam pelaksanaan pembelajaran secara nyata. Case study ditulis dalam bentuk narasi dan berisi pengalaman pembelajaran yang paling berkesan yang Anda ingat karena kesuksesannya, kesulitan, atau pengalaman yang penuh problematika.
Case study ditulis dengan memperhatikan hal-hal berikut ini.
1) Case study ditulis dalam bentuk cerita naratif yang sangat rinci dan sangat erat kaitannya dengan pengalaman yang Anda alami.
2) Case study tersebut sedapat-dapatnya harus ringkas. Maksismum dua halaman ketikan. Namun, jika pengalaman yang akan diungkap dalam case study tergolong cukup esensial sebagai pengalaman bagi orang lain, case study dapat juga ditulis melebihi dua halaman ketikan.
3) Case study harus memuat unsur kemanusiaan: kemauan yang Anda miliki, tindakan dan kesalahan Anda yang mengecewakan dan rasa kesenangan atau kekecewaan pada saat selesainya pembahasan.
4) Case study harus memiliki judul yang dapat mewakili keseluruhan isi pengalaman pembelajaran yang dituliskan.
5) Pengalaman yang dituangkan dalam case study adalah ungkapan kejujuran. Artinya, cerita dalam case study adalah cerita kejujuran.
2. Manfaat Case Study
Manfaat yang dapat dipetik dari case study bagi guru dan bagi mahasiswa calon guru dapat dikemukakan sebagai berikut.
1) Sebagai evaluasi diri (self evalution) bagi guru untuk dapat memperbaiki dan sekaligus dapat meningkatkan praktik pembelajaran mereka di kelas.
2) Sebagai pembuka wawasan mahasiswa calon guru terhadap pembelajaran dan penanaman konsep bagaimana seharusnya pembelajaran itu berlangsung.
3) Guru dan mahasiswa calon guru dapat belajar dari kegagalan orang lain (guru penulis case study).
4) Menemukan kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran berdasarkan pengalaman penulis case study.
5) Mahasiswa calon guru dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang dunia anak—khususnya di sekolah, termasuk di dalamnya memahami psikologi anak.
6) Guru dan mahasiswa calon guru dapat menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang tepat sehingga tidak mengulangi kekeliruan yang dialami oleh penulis case study.

7) Keberhasilan yang dialami oleh penulis case study dapat menjadi acuan bagi orang lain (guru dan calon guru).
8) Bagi guru pamong, case study bermanfaat dalam pembimbingan mahasiswa PPL melaksanakan pembelajaran agar menjadi lebih baik.
9) Dengan mengkaji case study, guru ataupun calon guru menjadi lebih terbuka, lebih jujur, dan lebih berani mengungkapkan kegagalan yang dialaminya dalam pembelajaran.
10) Guru dan calon guru dapat belajar menulis pengalaman pembelajarannya dalam bentuk narasi pembelajaran.
3. Metode untuk Mengembangkan Case Study
1) Seorang guru menceritakan/menulis pengalaman yang sukses atau suatu permasalahan yang menarik yang muncul saat pembelajaran dengan Kompetensi Dasar atau topik tertentu. Pengalaman yang diceritakan/dituliskan itu menggambarkan pemikiran guru tersebut tentang mengapa permasalahan atau pengalaman tersebut menarik.
2) Harus ditulis sesegera mungkin supaya tidak mudah terlupakan
3) Sebagai masukan dalam penulisan, penulis narasi dapat mempedomani komentar-komentar guru lain (guru mitra) yang ikut mengamati proses pembelajaran
4) Persiapan guru
5) RPP
6) Pelaksanaan pembelajaran
• Kegiatan awal, inti, dan akhir
• Metode dan strategi pembelajaran
• Materi pembelajaran
• Evaluasi
• Ketercapaian tujuan pembelajaran
7) Perilaku siswa
8) Perasaan guru ( keberhasilan, kegagalan, dan persepsinya terhadap siswa )
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebuah case study dalam bentuk narasi pembelajaran, prosesnya adalah sebagai berikut.
(1) Ada tim kolaborasi (beberapa orang guru)
(2) Ada persiapan-persiapan prapembelajaran
(3) Praktik pembelajaran di kelas (ada yang berpraktik mengajar dan ada yang mengamati)
(4) Pengamat menuliskan komentarnya
(5) Komentar yang ditulis oleh pengamat tidak berupa “potret pembelajaran”, tetapi mengarah pada proses pembelajaran dengan segala komponennya
(6) Komentar pengamat ditulis pada saat proses pembelajaran berlangsung
(7) Pada akhir pembelajaran, komentar pengamat diserahkan kepada guru yang berpraktik mengajar
(8) Guru yang berpraktik mengajar menuliskan pengalaman pembelajarannya dalam bentuk narasi pembelajaran
(9) Narasi yang sudah ditulis, diberi judul yang sesuai
(10) Setelah menulis narasi, guru juga menulis refleksi dengan cara membaca kembali narasi yang ditulisnya, kemudian baru menuliskan refleksi.
(11) Narasi yang sudah ditulis dibaca oleh pengamat dan pengamat menuliskan komentarnya berdasarkan narasi dan hasil pengamatan pembelajaran
(12) Case study dilengkapi dengan RPP dan hasil kerja siswa
(13) Narasi memuat semua hal yang dialami dan dirasakan guru dalam pembelajaran, termasuk di dalamnya perilaku siswa
Penulisan Refleksi
1) Penulis disarankan membaca ulang narasi yang sudah ditulisnya itu beberapa kali, kemudian menuliskan refleksi terhadap narasi itu.
2) Guru-guru lainnya diminta memberikan tanggapan/komentar dengan menuliskan ide-ide mereka sehubungan dengan kasus yang mereka baca tersebut.
DRILL PREMATUR
Oleh
ERI SATRIA.M.Pd
GURU SMP N 9 KOTA JAMBI
TIM PENGEMBANG KURIKULUM PROVINSI JAMBI
PROVINCIAL CORE TEAM ( PCT ) MGMP BERMUTU PROVINSI JAMBI
Kasibukan selalu saja menghampiri, sebagai guru senior dan berpengalaman dalam mengelola kelas dengan baik saya cukup banyak mengerti dan memahami bagaimana mengajar dengan baik, bagaimana menempatkan metode yang cocok untuk sebuah konsep, bagaimana sesungguh nya mengajarkan sebuah fakta, skill dan prinsip dalam matematika. Namun ternyata kemampuan itu tidak cukup untuk dapat membuat peserta didik memahami apa yang saya berikan. Ini terbukti setelah saya mengajar pada beberapa hari yang lalu.
Hari-hari pertama belajar setelah libur panjang berakhir saya akui bahwa persiapan mengajar saya jauh dari kesempurnaan meski silabus dan RPP selalu siap setia menemani kehadiran saya didepan kelas. Pagi itu Senin tanggal 20 Juni 2011 saya mengajar matematika selama 2 jam pelajaran ( 2 x 40 menit ) dikelas IX.E SMP Negeri 9 Kota Jambi dengan Standar Kompetensi Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah dan Kompetensi Dasar nya Mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun dan kongruen.
Seperti biasa pembelajaran saya awali dengan mengucapkan salam dan berdoa untuk beberapa orang teman siswa yang berhalangan hadir karena sakit agar mereka diberi kesembuhan dan dapat berkumpul kembali bersama untuk mengikuti pembelajaran disekolah esok hari Amin. Selanjut nya Melalui Tanya jawab saya bahas bagai mana konsep dari bangun – bangun datar sebangun seperti berikut ini :
Perhatikan Gambar berikut :
Perlihatkan gambar bangun segiempat ABCD dan segiempat EFGH di bawah ini sebangun?
Jawab :
Segiempat ABCD sebangun dengan segiempat EFGH bila :
i) Sudut-sudut yang bersesuaian dari ABCD dan EFGH sama besar yaitu:
< A = < E , < B = < F , < C = < G , < D = < H.
ii) Sisi-sisi yang bersesuaian mempunyai perbandingan yang sama yaitu :
AD/EH = AB/EF = BC/FG = DC/HG = 3/4
atau
EH/AD = EF/AB = FG/BC = HG/DC = 4/3
Karena sudut-sudut yang bersesuaian sama dan sisi-sisi yang seletak sebanding maka segiempat ABCD sebangun dengan segiempat EFGH.
Menurut kamu, apakah syarat dua bangun datar sebangun? Apakah sudut-sudut yang bersesuaian sama besar dan sisi-sisi yang bersesuaian sebanding ?
Untuk mengecek pemahaman siswa atas apa yang telah saya berikan saya coba melakukan Drill yakni membahas soal latihan dengan harapan agar konsep yang baru saya tanamkan dapat dipahami dengan sempurna, saat itu saya meminta siswa mengerjakan soal latihan 1.1 halaman 6-7 Nomor 1,2,3,4,5,7,9 dan 10 pada buku Matematika Ganesa Kelas IX karangan Sudirman.
Saya bersabar menunggu siswa menyelesaikan pekerjaan nya dan memberikan kesempatan seluas-luas nya pada siswa untuk menyelesaian soal sesuai dengan kemampuan mereka. Namun setelah hampir dua jam pelajaran saya coba berkeliling mengecek pekerjaan siswa satu persatu saya amati. Astagaaaaaaaaaaaa saya kaget skali ternyata penantian saya selama lebih kurang dua jam pelajaran itu sia – sia hanya terdapat tiga orang siswa yaitu Willi , Nesia, dan shenia, yang baru menyelesaikan dua soal dari beberapa soal yang saya berikan untuk latihan tersebut.
Saya merasa tujuan pembelajaran saat itu tidaklah tercapai. Masih banyak ganjalan dibenak saya ketika pembelajaran usai. Ganjalan itu antara lain adalah (1) Bagaimana seharusnya saya mengajar? (2) Adakah semua anak sangat menikmati pembelajaran saya hari ini (3) Apakah pembelajaran yang saya berikan bermakna bagi siswa (4) Apakah drill yang saya berikan terlalu dini atau sebuah Drill Premature yang hanya membuang-buang waktu saja, sehingga bila diberikan bentuk persoalan lain bukan seperti contoh siswa tidak mampu menyelesaikannya? (5) Apakah saya harus memberikan contoh soal lebih berfariasi ?(6) Mungkinkah drill lebih cocok sebagai pekerjaan rumah ( PR ) ? (7) Kapankah drill dapat dengan tepat diberikan pada siswa?
Namun, saya masih tetap tersenyum dan berharap semoga pertemuan esok hari akan menjadi lebih baik, tentunya dengan perencanaan yang baik pula seperti kata orang bijak “ Bila kita gagal membuat suatu perencanaan itu artinya kita merencanakan kegagalan itu sendiri “. Suatu pertanyaan sebagai refleksi dari pembelajaran hari itu “ apakah ananda senang belajar hari ini?” Serentak mereka menjawab senang pak . Apakah pembelajaran hari ini perlu di ulang? Ya .. ulangi lagi pak , kami belum mengerti jawab mereka serentak dengan jujur. Ya baiklah besok kita akan ulangi lagi sekilas tapi ananda jangan lupa soal-soal yang belum sempat dikerjakan ananda kerjakan dirumah sebagai PR OK . Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh dan Sukses buat kita semua. Amin.
Refleksi
Oleh: Penulis
Saya merasa teramat lega setelah mengungkapkan secara tertulis semua yang saya rasakan ketika saya melaksanakan pembelajaran di kelas IX.E. SMP N 9 Kota Jambi. Satu pertanyaan penting yang mengganjal dihati saya adalah “ Mengapa semua anak yang mengikuti pembelajaran tidak memahami dengan baik tentang apa yang telah saya sampaikan itu?”
Masih segar dalam ingatan saya ketika drill telah berjalan hampir dua jam pelajaran ternyata hanya tiga orang siswa saja dikelas itu yang mampu menyelesaikan soal yang saya tugaskan. Adakah yang salah dari pembelajaran tadi ? Apa yang saya harus lakukan untuk memperbaiki keadaan ini pada esok hari untuk pertemuan berikutnya?. Saya akan coba membawa kasus ini ke MGMP BERMUTU SMP Kota Jambi mudah-mudahan teman sejawat guru di sana dapat memberikan saya solusi tentang Bagaimana sebaiknya kita melakukan drill agar peserta didik dapat memahami apa-apa yang telah sampaikan dan dapat bertahan lama dalam ingatan mereka.
Komentar para guru
1. Ikhlas Marzuki ( mtk – smp 3 sarolangun ) :
- Apakah prasyarat sudah sudah diberikan sebelum materi diberikan ?
CONTOH : prasyarat perbandingan
2. Rita Suryetmi ( B.Ind – smp 2 Sarolangun )
- Strategi atau Model pembelajaran apa yang di kembangkan untuk penyampaian materi ( apakah telah sesuai dengan karakteristik materi nya )
3. Pilihkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi nya
4. Tingkatkan motivasi , jangan terlalu tegang , slalu Fun ,
5. Yamtinah ( SD 61 Bukit Murau I ) ; Ulangi materi beberapakali ( dua sampai tiga kali ) dan tanyakan apakah sudah mengerti atau belum dan meminta anak untuk mengerjakan dipapan tulis dan kembali bertanya pada anak apa sudah mengerti selanjutnya berilatihan lanjutan satu atau dua soal lagi yang lebih berfariasi.
6. Rudi Hartono ( SDN 209 Perumnas- Aur Gading ) : Latih lebih dulu dengan memperlihatkan sisi-sisi mana yang bersesuaian dan sudut sudut mana yang bersesuaian melalui beberapa gambar bangun datar sebangun
7. Kasmir ( SD 138 Bangun Jaya ) : Demonstrasikan terlebih dahulu tentang konsep bangun bangun yang sebangun dan lanjutkan dengan menggunakan metode eksperimen sehingga siswa sendiri menemukan mana bangun bangun yang sebangun.
8. Rahmad Widodo ( SD 135 Pasar Singkut ) : Gunakan model bangun – bangun datar yang nyata selanjutnya siswa memilih mana dari bangun bangun sebangun.
Label:
KONSEP CASE STUDY
Langganan:
Postingan (Atom)
Guru Profesional
Menghadapi berbagai tantangan dalam reformasi pendidikan nasional, diperlukan kualitas guru yang mampu mewujudkan kinerja profesional , modren, dalam nuansa pendidikan